Aku yakin, bagi kalian para anak yang masih duduk dibangku SMA atau SMK pasti rasanya ingin cepat-cepat keluar dari rutinitas sekolah, alias lulus. Tapi sudahkah kalian menentukan tujuan kalian selanjutnya?
Sama halnya denganku saat itu, tiap hari selalu menghitung hari, apalagi menjelang kelulusan. Tapi rencana selanjutnya? Aku gak tau mau apa, mau kemana, sama siapa, dimana, kapan, buat apa (sebutin aja semua).
Aku menjalani hidup dengan sesuatu yang mengalir apa adanya, tak pernah merencanakan sesuatu. Mau apa setelah ini, mau gimana dua tahun lagi, mau kerja apa kuliah? (ini sih yang biasa ditanyain).
Kenapa begitu? Karena pada dasarnya aku ini males (jangan ditiru ya hehe). Kalau ada ujian aja gak belajar, belajar pun selalu dengan sisten SKS alias Sistem Kebut Semalam hehe. Dan hasilnya ya jadi apa adanya deh.
Tapi alhamdulillah selalu ada yang bisa dilakukan olehku untuk mengisi kekosongan waktuku setelah lulus dari sekolah. Kali ini aku akan ceritakan satu pengalamanku yang entah aku beruntung atau memang benar-benar kebetulan saja.
Mudik tapi bukan mudik
Sehabis aku diwisuda, tak lama setelah itu adalah bulan ramadhan. Sudah sejak lama aku ingin main ke Jakarta, ingin bertemu dengan saudara-saudara di sana. Namun aku selalu melewati masa lebaran di kotaku karena harus menjaga nenek di sini.
Beberapa hari sebelum wisuda nenekku meninggal, tak ada lagi yang kukunjungi saat lebaran, biasanya di sana rame. Terus aku mikir kan, ngapain nih lebaran besok, masa mau di rumah aja kan gak enak sepi.
Akhirnya aku mengusulkan untuk ke jakarta kepada ibuku. Di sana kan banyak sodara, bisa silaturahmi jadi ga gabut di rumah. Ibuku pun menyutujuinya.
H-5 sebelum lebaran kami berangkat menuju Jakarta. Kami menuju Jakarta dengan menggunakan mobil. Kakakku yang menyetir, tapi kalau capek ya gantian sama aku.
Kami sudah persiapkan semuanya sejak sebelum berangkat. Mulai dari kendaraan hingga tempat tinggal. Kami gak tinggal di rumah sodara tapi di penginapan milik teman ayahku. Itu kenapa ku sebut “mudik tapi bukan mudik” hehe.
Beruntungnya aku
Waktuku di Jakarta dihabiskan untuk berkunjung ke rumah sodara. Aku di sana selama 5 hari. Ada sih sehari untuk rekreasi, yaitu main ke Dufan. Tapi di sini aku gak mau cerita tentang itu.
Aku mau cerita bagaimana aku bisa mendapatkan kegiatan dalam kegabutanku karena gak ada rencana mau ngapain setelah lulus. Di tengah teman-teman yang sudah mulai bingung dengan pendaftaran kuliah maupun kerja.
Jadi, waktu itu aku berkunjung ke rumah salah satu sodara ayahku. di sana rame sekali. Sebenarnya aku tak terlalu antusias saat awal berkunjung ke sana karena gak kenal siapa itu.
Hingga diakhir kunjunganku, kami mengobrol sedikit tentang banyak hal (jangan pusing-pusing mikirin maksudnya). Dari situ aku tau bahwa sodara ayahku itu adalah seorang dosen di Institut Kesenian Jakarta.
Beliau bilang bahwa IKJ membuka beasiswa tahun ini di jurusan televisi dan film. Waahh pas sekali dengan jurusanku dan passionku. Seketika itu aku langsung tertarik untuk mendaftar ke sana, padahal sebelumnya ikut snmptn aja gak tertarik.
Karena itu adalah beasiswa dan aku melihat bahwa kampusnya juga bagus, syaratnya juga tak terlalu rumit untuk dipenuhi. Dan yang paling membuatku merasa beruntung, deadlinenya masih lumayan lama, sekitar 1 bulan kalau gak salah.
Perjuangan nyari sertifikat
Sepulang dari Jakarta aku langsung mempersiapkan berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar. Nah, yang paling ribet dan memakan waktu nih nyari sertifikatnya. Jadi salah satu syaratnya itu harus punya seritfikat dibidang film minimal tingkat kota.
Sebenarnya aku punya sih prestasi dibidang film dan tingkat kota, tapi gak ada sertifikatnya, cuma dapet piala dan uang saja saat itu. Ya kalik piala di fotokopi.
Karena yang menyelenggarakan lomba saat itu adalah dinas pendidikan, untuk langkah pertamanya aku meminta kontak orang yang bersangkutan dan menghubunginya untuk minta tolong dibuatkan sertifikat.
Semudah itu? Gak lah! Kalau segampang itu ngapain diceritain. Nah, udah bisa nebak kan selanjutnya gimana? Kalau gak segampang itu ya udah jelas sertifikatnya gak dibuatin.
Tapi, aku gak nyerah gitu aja dong. Mereka beralasan lombanya sudah lama dan sudah ganti orang yang mengurusnya, karena memang lombanya itu ditahun 2016 jadi udah 2 tahun yang lalu.
Setelah itu ku coba datang ke sekolah untuk meminta sekedar surat keterangan bahwa aku pernah ikut dan memenangkan lomba itu. Tapi sekolah juga bilang tidak berani mengeluarkan surat dan menyuruhku langsung datang ke dinas. Harusnya sih dikasih katanya.
Besoknya aku langsung menuju ke gedung dinas kesehatan dan bertanya perihal lomba yang pernah aku ikuti itu. Orang yang aku dan bapakku temui bilang akan mengusahakannya dan akan mengontakku lagi besok.
Esoknya ternyata tidak bisa, dan aku disuruh untuk kembali ke sekolah, coba minta sekedar surat keterangan aja, harusnya sekolah bisa buatkan.
Karena bapakku udah jengkel bolak balik kok gak dapet-dapet. Akhirnya bapakku yang langsung memintanya. Dan alhamdulillah setelah bertemu kepala jurusanku akhirnya beliau yang meminta bagian TU untuk membuatkan surat, selsailah masalah sertifikat setelah melakukan tawaf.
Bikin essay
Satu lagi syarat yang lumayan ribet dan memakan waktu menurutku, yaitu membuat essay. Syaratnya adalah membuat essay 3-5 halaman dengan tema aku generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia.
Aku membuatnya kalau gak salah ada sekitar 3 hari. Dan itu mepet sekali dengan batas akhir pengumpulan. Biasa orang males nulis baru ada inspirasi kalau kepepet haha.
Ini nih kalau penasaran dengan isi essayku saat itu, sekalian siapa tau ada yang lagi cari contoh atau referensi buat essay untuk beasiswa. Kalau males baca skip langsung aja okay. Ini bakalan panjang banget.
Contoh essay
AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAAN BANGSA INDONESIA
Oleh : Syauqi Rauklisiya
Saya awali essay ini dengan pengenalan. Nama saya Syauqi Rauklisiya, lahir di Tangerang, tepatnya tanggal 1 Desember tahun 1999. Meskipun lahir di Tangerang, sejak kecil saya menetap di Semarang, kota yang menjadi ibukota Jawa Tengah. Saya adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Saat ini saya tinggal bersama orang tua dan kakak saya. Ayah saya seorang wirausahawan dan ibu saya sebagai ibu rumah tangga.
Saat ini status saya masih sebagai tamatan SMK di SMK Negeri 11 Semarang, jurusan multimedia. Saya sangat bersyukur bisa bersekolah disalah satu SMK favorit dan terbesar yang ada di Semarang, karena pada kenyataannya banyak teman-teman saya yang menginginkan bersekolah di sekolah yang sama namun belum bisa tercapai. Salah satu motivasi saya mendaftar jurusan multimedia pada saat itu adalah karena saya sangat menyukai fotografi sejak kelas 1 SMP. Ketika kelas 1 SMP saya sempat mengikuti ekstrakulikuler fotografi, tadinya saya hanya ikut-ikutan saja, tetapi ternyata saya merasa bahwa fotografi itu mudah dipelajari dan menyenangkan. disitulah awal mula saya menyukai fotografi. Mungkin itu adalah salah satu dari bakat saya.
Dalam jurusan multimedia saya diajarkan banyak hal mengenai teknologi informasi dan komunikasi seperti: membuat desain web, membuat website dengan beberapa kode html, mendesain aplikasi, dan masih banyak lagi. Tujuan saya untuk belajar lebih banyak tentang fotografi juga tercapai, bahkan tidak hanya teknik mengambil gambar yang tadinya menjadi alasan untuk bergabung di SMK, saya juga diajarkan bagaimana membuat film mulai dari menulis naskah sampai dengan tahap editing.
Kemudian, alasan saya yang kedua untuk masuk SMK adalah karena saat lulus SMK saya mempunyai 2 pilihan. Pilihan pertama adalah bekerja, yang kecil kemungkinan didapatkan oleh lulusan SMA, dan yang kedua adalah kuliah. Saat itu saya berpikir ingin langsung bekerja setelah menyelesaikan pendidikan. Tetapi setelah saya diterima dan belajar di sana, saya mengetahui bahwa jurusan multimedia terutama yang fokus pada broadcasting tidak cukup hanya dengan tamatan SMK jika ingin bekerja dibidangnya. Sebenarnya saat itu ada tiga pilihan yang bisa ditekuni, yaitu web desain dan programmer, mobile app atau game, dan yang terakhir broadcasting film. Namun saya tetap pada passion dan tujuan awal saya masuk jurusan yaitu memilih untuk menekuni bidang perfilman. Karena saya yakin, bila seseorang mengerjakan apa yang dia senangi, maka apapun pekerjaan itu akan dia kerjakan dengan maksimal.
Setelah tamat dari SMK akhirnya saya berubah pikiran. Mungkin sudah cukup banyak yang saya pelajari di SMK ini. Namun sebagaimana tabiat manusia yang selalu merasa tidak puas, saya merasa masih sangat banyak yang perlu saya perdalam di dunia perfilman ini. Sangat kurang rasanya apabila ilmu saya hanya berhenti disini. Saya butuh menggali banyak ilmu sebelum nantinya saya dapat berkarir dan menjadi profesional dibidangnya. Dan salah satu caranya adalah dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan saya kuliah bukan hanya untuk mendapat gelar dan memudahkan bagi saya mendapat pekerjaan, namun juga untuk menuntut ilmu yang merupakan kewajiban seorang muslim serta memperluas jaringan sosial yang saya miliki.
Sebagai generasi milenial yang haus akan ilmu, beasiswa unggulan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi saya. Tidak semua orang dapat memiliki kesempatan ini. Saya yang awalnya tidak tertarik untuk melanjutkan pendidikan dapat terbangkit semangatnya oleh karena adanya beasiswa ini. Dengan kemampuan dan pengalaman yang saya miliki dimasa mendatang nanti saya yakin saya dapat menjadi bagian kecil dalam memajukan perfilman Indonesia.
Berbicara tentang film, industri perfilman di Indonesia memang dapat dikatakan membanggakan. Sebuah artikel mengatakan, “Banyak film-film berkualitas bermunculan di sepanjang tahun 2017 hingga awal 2018. Film-film tersebut menyabet beragam penghargaan, dan di tonton jutaan orang. Namun tahukah Anda bahwa banyak film Indonesia yang mendapat penghargaan di luar negeri? Mirisnya, justru sebagian di antaranya tidak laku atau tidak dikenal di negeri sendiri. Bahkan ada pula yang dilarang pemutarannya di bioskop Indonesia.” (Tribunnews. 2018. http://jogja.tribunnews.com/2018/02/20/lima-film-ini-tak-laku-di-indonesia-malah-dihargai-di-luar-negeri, 2 juni 2018). Sudah selayaknya sebagai anak bangsa Indonesia untuk ikut memajukan bangsa dan mengharumkan namanya, saya yakin semua tahu akan hal itu.
Memajukan bangsa tak melulu harus berkecimpung dalam dunia politik dan pemerintahan. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan berkaitan dengan memajukan bangsa ini, salah satunya adalah dengan memiliki komitmen yang teguh untuk mencapai yang terbaik disegala bidang. Memiliki kreativitas dan berjiwa pemberani merupakan salah satu penunjang keberhasilan seseorang. Dengan berhasil dibidangnya saya rasa itu sudah cukup untuk dikatakan memajukan bangsa. Karena dengan berhasilnya setiap orang dibidangnya akan membuat angka kemiskinan, yang menjadi salah satu tolak ukur kemajuan negara menjadi berkurang.
Sebenarnya selain ingin bekerja, jauh sebelum itu, tepatnya sejak SMP kelas 1 saya bermimpi menjadi pengusaha besar dan mempekerjakan serta menyejahterakan banyak orang. Ya, sejak SMP bahkan SD saya sudah paham soal bisnis, setidaknya cara mendapatkan uang. Saya mulai berjualan saat kelas 2 SD, tetapi akhirnya dihentikan oleh guru saya karena dilarang berjualan di sekolah. Kemudian setelah lulus SD, saya melanjutkan ke SMP yang mengajarkan saya cara berbisnis selayaknya pebisnis sungguhan, yang terbagi menjadi beberapa bagian seperti: direktur, manajer, wakil manajer, manajemen produksi, manajemen keuangan, pemasaran, periklanan, dan lain sebagainya. Bisnisnya pun dijalankan dengan cukup baik. Saat itu saya bersama teman satu angkatan mendirikan bisnis jamur yang menjadi pembelajaran di sekolah. Kami belajar mulai dari menanam modal atau yang biasa disebut sebagai investasi, membuat media tanam dan merawatnya, hingga mengolahnya menjadi beberapa masakan untuk kemudian dipasarkan.
Sampai saat ini pun saya masih bermimpi demikian, apalagi dengan adanya fakta bahwa banyaknya warga Indonesia yang masih berstatus sebagai pengangguran. Dengan bertambahnya pengusaha saya rasa dapat sedikit mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Tentunya yang saya inginkan adalah usaha dibidang yang saya senangi yaitu film. Karena bagi saya tidak ada yang mustahil di dunia ini jika Allah swt. berkehendak dan kita mau berusaha serta berdoa.
Satu hal kecil yang saya alami adalah mengetahui adanya beasiswa unggulan ini tanpa saya menduganya, dan dulu tepatnya pada saat saya SMK alhamdulillah kebetulan saya telah memiliki prestasi yang dibutuhkan untuk bisa mendaftarkan diri pada beasiswa unggulan ini, yaitu dibidang film. Saya patut bersyukur atas hal itu. Itu menunjukkan bahwa mungkin kita tidak tahu apa yang direncanakan Tuhan untuk kita, tetapi Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216).
Arti dari salah satu firman Allah tersebut saya rasa sudah cukup untuk menjelaskan pernyataan sebelumnya. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha menjadi yang terbaik sesuai kehendaknya. Jika kelak saya diterima, saya akan berusaha dengan maksimal untuk bisa mencapai apa yang saya dan Indonesia cita-citakan. Dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi bangsa tercinta.
Mungkin saat ini rasanya terlalu berat jika saya mengatakan “Aku adalah generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia”, karena pada kenyataannya saya belum bisa berbuat banyak untuk negeri ini. Tapi kalimat tersebut mengandung motivasi yang luar biasa bagi saya bagaimana saya akan berkontribusi untuk bangsa ini. Tentunya dengan ilmu dan kemampuan yang saat ini dan nantinya saya miliki.
Nah, itu tadi essay yang aku kirimkan ke IKJ untuk melengkapi salah satu persyaratan di sana. Alhamdulillah dengan semua berkas yang aku kirim saat aku kirim, aku lolos seleksi dokumen!
Kupikir beruntung sekali aku yang prestasinya hanya tingkat kota (bukan sertifikat lagi, cuma surat keterangan), essay juga seadanya (gak ada pengalaman nulis). Yang ku tau saat itu ada sekitar 400an orang yang mendaftar, dan yang lolos tahap pertama sekitar 100 orang termasuk aku.
Seleksi tulis dan wawancara
Setelah itu lanjut ke tahap seleksi tertulis dan wawancara. Ada dua tempat untuk seleksi, yaitu Jakarta dan Surabaya. Ku kira hanya ada satu tempat yaitu Jakarta. Aku sampai sudah memikirkan tempat tinggalku nanti saat tes di Jakarta, eh ternyata malah dapetnya Surabaya.
Akhirnya aku memenuhi undangan dan berangkat ke Surabaya dengan menggunakan travel yang ditemani oleh ayahku. Aku dan ayahku pun akhirnya tinggal di rumah teman ayahku di Surabaya.
Esoknya tes berjalan lancar. Lumayan susah sih, sebenarnya gampang tapi susah (gimana tuh?). Jadi tes tulisnya itu sebenernya cuma liat film lalu , tapi filmnya gak biasa, gak kayak sinetron-sinetron jaman sekarang yang ceritanya gampang ditebak.
Alur filmnya maju mundur, gak ada dialog sama sekali, pemeran utama pun gak ada, sudut pengambilan gambar juga minimal long shoot atau lebih jauh. Bisa bayangin gak kayak apa serunya itu film?
Aku sudah berusaha namun ternyata aku belum beruntung, mungkin itu hanya pengalaman yang diberikan kepadaku. Waktu wawancara dikasih tau sih makna sebenarnya dari film itu, dan jawabanku di kertas ga nyambung sama sekali haha.
Segitu dulu deh pengalamanku usai SMK, lanjut lagi ceritaku setelah tertolak (sakit banget bahasanya tertolak). See you next text mate…